Dalam nuansa
keheningan malam, diantara lirihnya hembusan sang bayu dan kemilau cahaya
bintang... adalah jiwa-jiwa kita, yang kembali meniti detak waktu, yang telah
kita lalui... Sejenak kita menjernihkan hati, dalam kepasrahan pada Yang Maha
Kuasa. Mari kita sama berdzikir kepada Allah Azzawajalla...
استغفر
الله العظيم . اللذى لااله الا هو الحى القيوم و اتوب اليه
استغفر
الله رب البرايا
...
Siswa-siswi
SMP-IT LHI yang dirahmati Allah... pada malam ini, di tengah kesendirian,
Ustadz ingin mengajak kalian semua berpikir jernih, sambil merenung kembali
perjalanan kehidupan ini, mulai sejak kita dapat membedakan antara yang benar
dan yang salah, renungkan perjalanan kehidupan yang telah kita lalui, Ustadz
yakin, kita akan menemukan jalan yang terbaik untuk mengenal diri sendiri dan
menjadi pemuda dan pemudi sejati yang berlomba-lomba untuk meyebarkan kalimat
tauhid (Lailahaillallah Muhammadarrasulullah)...
Wahai para
siswa-siswi SMP-IT LHI yang Ustadz sayangi, di tengah malam yang gelap gulita
ini, hanya bertemankan lilin yang menerangi, silahkan ambil posisi duduk yang
paling nyaman menurut kalian 3x. Sebut nama kalian dengan lengkap, ingat bukan
nama panggilan, sebutlah nama kalian dengan sekeras-kerasnya namun dalam hati
(30 detik)... Perhatikanlah nama itu dengan baik, tataplah... Kelak nama ini akan tertulis pada batu
nisanmu (kullu nafsin dzaikatul maut).
Kematian
adalah nasehat terbaik dan guru kehidupan, sedikit saja kita lengah dari memikirkan
kematian, maka kita akan kehilangan guru terbaik dalam kehidupan. Sesungguhnya
manusia telah memilih bagaimana akhir hidupnya, dan pilihan itu ada pada
bagaimana ia menjalani kehidupannya, sebagaimana ia menjalani kehidupannya
seperti itulah kemungkinan besar ia akan menghadapi kematiannya, karena
sesungguhnya dengan menjalani kehidupan berarti kita sedang berjalan menuju
kematian kita... Pernahkan kita mendengar berita tentang seorang pezina mati di
kamar hotel di atas perut wanita nakalnya, seorang pecandu narkotika mati saat
pesta narkobanya, dan para penjudi sekarat di atas meja judinya... begitu juga
kita pernah mendengar seorang ahli ibadah meninggal di atas sajadahnya...
Mari kita
bayangkan saat ajal telah
tiba, tubuh kita terbujur kaku, tak ada satupun kata yang bisa terucap, kala
itu kita hanya bisa diam, membisu, menanti saat pertanggungjawaban yang
mengerikan, tubuh kita diusung oleh para kerabat, diusung ke suatu tempat, yaitu alam kubur, perlahan
tubuh kita dimasukan keliang lahat, tubuh kita pun mulai ditimbun tanah, mereka
yang mengiringi jenazah satu persatu mulai pergi, juga keluarga yang kita
cintai, kini sendiri sunyi,,, sepi,,, hanya amal yang menemani dalam
kesendirian ini. (Dzikir).
Setelah
menyebut nama kalian, bayangkanlah wajah ibu kalian yang sudah menua, sebutlah
juga nama ibu kalian dengan sekeras-kerasnya namun dalam hati (30 detik).
Ibulah yang telah mengandungmu di dalam rahimnya, melahirkanmu, dan mengasuhmu
hingga engkau dewasa.
Selanjutnya
sebutlah juga nama ayah kalian dengan sekeras-kerasnya namun dalam hati (30
detik), ayahmu ialah seorang laki – laki yang telah berjalan jauh, membanting
tulang mencari sesuap nasi, untuk menghidupi keluarganya.
Lalu
tunduklah kepala, dan pejamkan mata. Untuk sementara singkirkan segala
permasalahan dari fikiran dan hatimu... Singkirkan segala beban yang ada dalam
fikiran dan hatimu... Kosongkan fikiranmu... Yang ada dihati dan fikiran kita
hanya Allah... Allah... Allah ‘Azza wa jalla... (Dzikir).
Wahai para
pemuda-pemudi Islam... Rasakanlah ketenangan,,, rasakanlah ketenangan itu lebih
dalam lagi... Bayangkan seakan – akan kita sedang berjalan di suatu jalan yang
lurusss,,, lurussss sekali... Dan di ujung jalan itu ada sebuah rumah,,, di
sudut ruang dalam rumah itu, ada sebuah kursi, di atas kursi itu duduk seorang
wanita, kita pandangi wajah wanita itu, ternyata dia adalah ibumu, ibumu yang
tercinta. Dialah seorang wanita yang telah mengandungmu di dalam rahimnnya
selama 9 bulan 10 hari. Dan ketika melahirkanmu ia berjuang antara hidup dan
mati, menahan sakit, dan bersimbah darah ketika menghadirkanmu ke dunia.
Pandangilah lagi wajah ibumu, yang kini telah nampak semakin tua.
Dengan
perjuangan seorang ibu, kita dapat terlahir di dunia ini dengan taruhan hidup
atau mati. Setelah kita dilahirkan dan setelah itu ibu juga yang merawat dan
membesarkan dengan ikhlas dan penuh kasih sayang. Disaat kita menangis di
tengah malam ibu bangun dan menimang kita dengan penuh kasih sayang. Disaat
kita berlatih berjalan, namun kita terjatuh dan menangis... Apa yang dilakukan
ibu?? Ia mengendong dan
menenangkan kita. Apakah kalian teringat saat kalian diajak oleh ibu kalian
pergi ke suatu tempat, dan kalian menginginkan sesuatu. Kalian tak pernah
perdulikan seberapa uang ibu kalian. Dan ibu pun, tak akan mengeluh, dan tak
akan menceritakannya kepada kalian bahwa uangnya terbatas. Namun malahan ia
tetap membelikan kalian, sesuai yang kalian minta. Disaat kalian melakukan
kesalahan, dan membuat ibu marah kepada kalian. Itu bukan tanda ibu tak sayang,
melainkan ibu sangat sayang kepada kalian. Ibu ingin yang terbaik untuk kalian.
Ibu ingin kalian tak berada di jalan yang salah. Masihkah kalian ingat itu
semua?? Sudahkah kalian
berterima kasih kepada ibu kalian? Sudahkah kalian mohon ampun kepada ibu
kalian? Sungguh,,, banyak sekali pengorbanan seorang ibu kepada anaknya. Tetapi
mengapa seorang anak yang sudah tumbuh besar dan dewasa tidak mau berbakti
kepada ibunya? Apakah mereka merasa dirinya itu tidak lagi membutuhkan seorang
ibu yang telah membesarkannya dari kecil ? Kasih sayang dan pengorbanan seorang
ibu tak akan pernah tergantikan oleh apa dan akan ada untuk anaknya selamanya
meskipun anaknya tak berbakti kepadanya. Sungguh sangat besar pengorbanan
seorang ibu kepada anaknya, maka dari itu kita jangan sampai melukai hati
seorang ibu yang telah banyak berkorban untuk kita. Ustadz berharap, setelah
nanti kalian pulang ke rumah, minta maaflah, berterima kasih dan peluk ibu
kalian.
Di samping
ibumu, duduk seorang laki – laki, yang telah lanjut usia, itulah ayahandamu
tercinta. Seorang laki – laki yang telah berjalan jauh, bekerja keras mencari
nafkah untuk menghidupi keluarga. Dan sewaktu engkau masih kecil, dia juga
sering mengendongmu, meninabobokanmu. Sehingga engkau sering tertidur di
pundaknya yang bidang. Tetapi laki – laki itu kini sudah semakin tua, tinggal
gurat – gurat diwajahnya yang keletihan, namun dia adalah seorang laki –laki
yang bertanggung jawab dan berjasa kepada keluarganya.
Badan yang
semula tegap, gagah , sekarang mulai membungkuk dimakan usia. Tangan yang
semula kekar, kini sudah lemas. Tangan itulah yang selama ini berkerja keras
untuk menghidupi kita, membiayai sekolah kita, hingga mengantarkan kita pada
posisi saat ini. Lelah tubuhnya dalam mencari sesuap nasi bagi kita. Tak terhitung berapa tetes keringat yang telah
ia keluarkan untuk kita. Tak terhitung energi yang yang telah ia keluarkan
untuk kita, namun tak sekalipun ia mengharap balas budi dari kita. Lihatlah,,,
tangannya yang dulu kokoh. Kini lemah di makan waktu. Jangankan untuk mengangkat
beban berat. Untuk mengangkat tangannya sendiri saja gemetar. Namun tak pernah
sekalipun dia mengeluh. Ditelannya sendiri kerapuhan badannya. Tertatih ketika
berjalan, sesekali terjatuh kepayahan. Tapi dia tetap tegar, tabah... Disaat
yang sama, kita tidur di kasur empuk. Nyaman merasakan sehatnya badan, tertawa
riang... Ketuklah sanubarimu sendiri. Lihatlah ayah dan ibumu sekarang. Sangat
mungkin besok, satu jam, satu menit, atau saat ini. Kita tak bisa menyapanya
lagi... (Dzikir).
Para siswa
sekalian yang dirahmati Allah... RENUNGKANLAH!!!!
Mungkin,,,
saat ini kedua orang tua kita
masih ada, masih sehat. Tapi perhatikanlah... Bayangkanlah,,, rambut mereka
satu persatu makin memutih,,, kulit mereka makin berkerut,,, sinar wajahnya
makin meredup... Masihkah kalian belum sadar?? Kata kata yang telah kita
ucapkan yang kadang membuat mereka terbangun di tengah malam untuk menangis
karena kata kata kasar kita. Namun mengapa kita tak pernah menyadari. Mengapa
kita tak mau minta maaf??? Ingatlah,,, tak ada yang menjamin bahwa ibu kita
akan tetap ada mendampingi kita saat nanti kita sukses bahkan setelah pulang
dari kegiatan ini... Mungkin kemaren sebelum kita balik ke LHI, kita masih bisa
menemui ibu dan ayah kita tersayang, masih bisa tertawa dan bercanda,,,
meskipun mereka telah tua, keriput, beruban...
Sekarang kita
bayangkan pada saat kita duduk disini... Ada salah satu keluarga kalian datang
dan memberi kabar agar kalian bergegas segera pulang kerumah , setelah sampai
di rumah, di depan pintu, tentu kita ingin bertemu dan melihat sesosok ibu dan ayah yang selalu menjaga kita,
membiayai sekolah kita, yang
rela membanting tulang untuk kita, bayangkan setelah kalian sampai dirumah
kalian masuk kesebuah ruangan... Ruangan tempat orang tua itu beristirahat, namun setelah kalian masuk, terlihat sosok yang sedang berbaring,
terbujur kaku... Ya... Itu sosok
orang tua yang biasa kalian panggil Ibu dan Ayah. Ayah dan
Ibu yang kalian sis-siakan...
Mereka yang rela menghabiskan tenaganya untuk membiayai kalian, namun
sering kalian lupakan, bahkan sesekali beliau menyuruh, kalian menolaknya...
Kalian enggan membantu mereka,,,
sekarang telah telah wafat
menjadi mayat. (Dzikir).
Kita tidak
bisa melihat senyumnya lagi, kita tak bisa mendengar suaranya lagi... Tiada
canda tawa dari sesosok lelaki yg semasa hidupnya kalian sia-siakan. Kini
masihkah kita ingin menyakiti hati mereka? Membuat mereka menangis karena
tingkahlaku kita? Mungkin saat ini kita sedang bahagia, bergembira bersama
teman-teman?? Tapi pernahkah kita berpikir, apakah orang tua kita juga disana
bahagia?? Mungkin saat ini kita makan enak, dan tidur nyenyak,,, tapi tahukah
kalian?? Mungkin disana beliau sedang menahan lapar di perut karena belum makan
demi membiayai kalian sekolah.
Ayah... Ibu,,,
nasihatmu memberi kekuatan untukku... Rangkulanmu menjadi penyangga kerapuhanku
untuk menapaki hari-hari penuh liku... Semoga semua itu tak akan pernah layu...
Ayah...
Ibu,,, dalam kelembutan cintamu kulihat semangat menggelora dalam dirimu,
terkumpul seluruh daya dan pengorbanan, jalan menuju kesuksesanku... Terima
kasih ayah... Terima kasih ibu... Engkaulah segalanya bagiku, tanpamu, aku
bukanlah siapa-siapa. Kasihmu padaku tak kan terbalas sepanjang masa...
Ayah...
Ibu,,, ada dan tiada, dirimu kan selalu ada di dalam hatiku...
Ayah...
Ibu,,, ku mohon ridhamu... Mohon do’amu ayah, mohon dukunganmu Ibu... Agar
mudah jalan kami dalam meraih kesuksesan di dunia dan akhirat...
DO’A...
Mari lah sekarang kita bersama-sama bermunajat kepada
Allah... Agar orang tua kita dalam lindungan, karunia dan kasih saying Allah...
Ya Allah,,,
ampunilah dosa kedua orang tuaku... Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya
telah menyayangi aku tiada henti,,, ya Allah bahagiakan keduanya di dunia dan
akhirat... Allahummagfirlana ila akhir...
Yaa Allah...
Di dunia ini kami hanya memerankan sekenariomu, tak tahu kapan engkau menulis
putih diperjalanan gelap katak tahu kapan engkau menulis hitam diterangnya
kehidupan kami... Kami mohon pada-Mu yaa Allah... Tengelamkan kami pada pusat
dasar samudra ke-esaan-Mu, hingga kami tidak melihat dan mendengar, tidak
menemukan dan merasa, tidak bergerak atau pun berdiam melainkan senantiasa
didalam samudra tauhid-mu.
Yaa Allah... Kami mohon kepada-Mu, limpahi kami ampunan-Mu, nikmat karunia-Mu. Sadar ma’rifat kepada-Mu, cinta kepada-Mu dan menjadi kekasih-Mu yang sempurna, serta ridha kepada-Mu dan memperoleh ridha-Mu yang sempurna pula yaaa Allah.
Yaa Allah... Di malam hari ini, dingin semakin
mencekam, kami renungkan dosa-dosa besar yang sudah kami lakukan. Ibu kami, ibu
yang telah mengandung kami selama sembilan bulan, ibu yang telah memperjuangkan
hidup dan matinya, hingga kami dapat hadir di dunia ini, ibu juga yang merawat kami penuh kelembutan dan kasih sayang,
ayah yang telah mendidik kami, ayah yang rela bekerja banting tulang, iklas
mengeluarkan keringat, agar kami menikmati hidup detik demi detik, hari demi
hari, bahkan tahun demi tahun.
Namun, belum ada yang bisa kami lakukan
untuk membalas mereka, mereka hanya berharap kami menjadi anak yang sukses,
anak yang berhasil dan berbakti pada orang tua. Tapi apa balasan kami, justru
malah sebaliknya...
Jadi anak
durhaka?! Sering!!! Seing sekali ya
Allah...
Bohong pada mereka demi kepuasan... Sudah
biasa kami lakukan.
Sering kami tutup telinga saat mereka
menasehati, sering kami melawan ketika mereka marah karena kenakalan kami,
sering juga kami hentak-hentakkan kaki atau bahkan membanting pintu bila mereka
tidak mengabulkan permintaan kami.... Dan bahkan sering kami mengeluarkan
kata-kata kasar, yang tidak pantas mereka dengar dari bibir kami. Dasar cerewet!!
Kolot!! Kuno!!!
Apa mereka menyimpan perasaan dendam
terhadap kami... Tidak!!! Tidak sama sekali... Mereka tetap tulus memaafkan khilaf
kami, mereka tetap menyayangi kami disetiap hembusan nafas mereka, bahkan tetap
menyebut nama kami disetiap do’a dan sujud mereka. Haruskah mereka mati
terlebih dahulu hingga kami sadar betapa mereka sangat berharga dalam hidup
kami. Bukankah selama ini deritaku pilu meraka, dan bahagiaku surga mereka...
Astaqfirullahal’adhim...
Kami baru menyadari, bila suatu saat
mereka berkata kepada kami... Anakku yang kusayangi... Pada suatu saat dikala
kamu menyadari bahwa aku sudah menjadi sangat tua, cobala berlaku sabar dan
cobala mengerti aku.
Jika aku mendapat kesulitan dalam
mengenakan pakaianku sendiri... Sabarlah!!! Kenanglah saat-saat dimana aku
meluangkan waktuku untuk mengajarimu tentang segala hal yang kau perlu tahu,
ketika kau kecil anakku!!!
Jika aku mengulang mengatakan hal yang
sama berpuluh kali, jangan menghentikan aku!!! Dengarlah aku... Ketika kau
kecil, kau selalu memintaku membacakanmu cerita yang sama berulang-ulang, dari
malam yang satu kemalam yang lain hingga kau tertidur. Dan aku lakukan itu
untukmu!!!
Aku mengajarimu banyak hal... Cara makan
yang baik... Cara berpakaian yang baik... Berperilaku yang baik... Bagaimana
menghadapi problem dalam kehidupan...
Jika terkadang menjadi pelupa dan aku
tidak dapat mengerti dan mengikuti pembicaraan, beri aku waktu untuk mengingat,
dan jika aku gagal melakukannya, jangan sombong dan memarahiku, karena yang
terpenting bagiku adalah... Aku dapat bersama dan berbicara padamu...
Ketika kakiku tak lagi mampu menyangga
tubuhku, untuk bergerak seperti sebelumnya... Bantulah aku dengan cara yang
sama ketika aku merengkuhmu dalam tanganku, mengajarkanmu melakukan
langkah-langkah pertamamu...
Dan kala suatu saat nanti, ketika aku
katakan padamu bahwa aku tak lagi ingin hidup,,, ketika aku ingin mati,,,
jangan marah,,, karena pada saatnya nanti kau juga akan mengerti!!!
Suatu hari kelak kau akan mengerti bahwa
disamping semua kesalahan yang aku buat, aku selalu inggin apa yang terbaik
bagimu dan bahwa aku siapkan dasar bagi kehidupanmu kelak. Kau tak usah
merasa sedih, tidak beruntung atau gagal dihadapanku... Kau harus ada didekatku, mencoba
mengerti aku... Bahwa hidupku
adalah bagimu, bagi kesuksesanmu
seperti apa yang kulakukan pada saat kau lahir.
Satu hal yang membuatku harus berterima
kasih padamu, adalah senyum dan kecintaanmu kepadaku...
Astagfirullahal’adhim 3x...
Senyum dan
cinta kami tak seindah kasih sayangnya...
Yaa Allah...
Berikanlah
tempat yang mulia bagi kedua orang tua kami. Tempat yang agung bagi bapak dan
ibu guru kami yang telah membimbing dan mendidik kami... Jangan biarkan kami menjadi manusia dhalim, berlarut-larut dalam
keterlaluan yang bisa membuat kami hancur binasa.
Izin kami lari kembali mengabdi kepada-Mu
yaaa allah... Ampuni dosa-dosa kami, permudah segala urusan kami, bukakanlah
hati dan jalan kami, pereratlah persaudaraan dan persatuan diantara kami. Limpahkanlah
barakah di dalam segala mahluk yang engkau ciptakan
di dalam negeri ini...
AAMIIN YA RABBAL’ALAMIN...
Prediksi Swedia vs Korea Selatan 18 Juni 2018
BalasHapusAgen Bola Bonus Member Baru 100%
Bandar Bola Bonus Harian 10%
Bonus Setiap Top Up 2%
Bonus Ulang Tahun Member Bola