
******************************
Ruangan Seminar itu
lenggang. Terdengar suara, “nanti kita mengadakan seminarnya di ruang ini saja, karena
sound systemnya di sini bagus”, ujar Annoer kepada teman-temannya. Beberapa teman yang berada di
dekatnya mengangguk tanda setuju. Tapi, apa tidak terlalu besar ya, karena
pesertanya dikhawatirkan sedikit, ujar seorang mahasiswi bernama Laras, yang rambutnya diikat ekor kuda. Saya pikir, tidak
Laras,,, tema seminar kali ini cukup menarik, insya Allah anak-anak
mahasiswa baru banyak yang datang kok.
Annoer bersama tiga temannya berjalan bersama menuju Student Center (SC). Di sepanjang jalan menuju kampus, para mahasiswa
laki-laki dan perempuan terlihat bercampur baur. Yang mahasiswinya tanpa jilbab pakaian yang
ketat dan mahasiswanya ada
memakai anting. Bahkan ada yang tak malu-malu berpelukan di koridor kampus.
Annoer, mahasiswa semester tiga,
fakultas hukum di sebuah Universitas Negri di Kalimantan. Rambutnya lurus dibelah tengah, kulitnya putih, postur tubuhnya sedang, badannya tegap, dan jago bela
diri Wushu
Taolu. Ia suka memakai celana bahan dari
kain dan baju kemeja, sehingga tampak sekali keikhwanannya. Suaranya yang
lembut namun tegas, membuatnya disegani, sehingga ia didaulat menjadi ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) untuk masa periode itu.
******************************
Bang Didit dan Annoer membuat janji
untuk bertemu di SC pada pukul 10.00.
Di tengah keramaian SC, Didit yang notabene
adalah Dewan Pembina (DP) senior LDK angkatan 2007, berkata kepada Annoer. “Noer, klo kondisi
angkatan 2009 seperti ini. Abang sedikit pesimis”.
Annoer tertunduk. Ia baru saja diangkat menjadi ketua dari
organisasi LDK yang kualitas & kwantitas
anggotanya sangat jauh dari harapan, karena mereka masih belum memiliki sikap
teguh pendirian dan masih sedikit jiwa berkorbannya untuk dakwah. Pun masih
gemar berikhktilat. Namun jauh di lubuk hatinya, Annoer tetap optimis, bahwa bila Allah menghendaki, manusia
pasti bisa berubah, pasti bisa.
“Di akhwat juga gak ada Noer”, tambah Bang Didit ingin menekankan bahwa hanya dia yang bisa menjadi motor penggerak dalam organisasi LDK itu. Annoer berfikir keras,
amanah berat di pundaknya. Iya, memang kondisi di kampus ini sangatlah berbeda dibanding masa SMUnya di Pondok dulu. Dulu di Pondok, aktivis
bertumpuk dan suasananya sudah sangat Islami, namanya juga Pondok
Pesantren. Tapi kini, tugas yang akan
diembannya sangat berat, yang sampai-sampai para DP pun, sudah di ambang
pesimisme. Di lubuk hatinya, Annoer memegang teguh
janji Allah, intanshurullah yan shurkum wa yutsabbit aqdamakum (Jika kamu
menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu).
Surat Muhammad ayat 7 itu selalu menyemangati dirinya untuk tetap optimis
berada di jalan ini. Karena hidayah Allah, siapa yang tahu ?? Teman-teman pasti bisa berubah.
Annoer melihat seorang mahasiswa yang tampaknya seperti ikhwan
menuju tempat wudhu. Dan instingnya seakan memperkuat hal itu. “Assalaamu’alaikum” kata Annoer. “Wa'alaikumsalam wr wb”
jawab pemuda berjenggot tipis dan tampan itu. “Em,,, antum Ikhwan ya ??“ tembak Annoer to the point. “Saya... JS” jawabnya
mantap. O... Maaf ya,,, Assalaaamu’alaikum
ujar Annoer malu-malu dan segera ngeloyor pergi kembali ke SC. Saat Annoer berbalik beberapa
langkah, pemuda itu memanggilnya. Eh... Akhi,,,
tunggu, maksud saya. JS itu Jamaah Salahuddin, ujarnya sambil tersenyum ramah. Ooo... Alhamdulillah,,, senyum Annoer pun mengembang.
Mahasiswa itu bernama Andre, yang ternyata juga alumni Pondok Pesantren
namun beda tempatnya. Annoer sangat senang mendengar itu. Annoer mengajak Andre
untuk berkomitmen di jalan dakwah. Annoer menjelaskan
kondisi LDK yang memprihatinkan. Andre mahasiswa yang cerdas,
perawakannya sedang, rambutnya ikal dan kulitnya putih dengan pipi yang kemerah-merahan.
Andre mengangguk, Maka marilah kita berjanji setia untuk berjuang di
jalan-Nya, ujar Andre menyambut ajakan Annoer. Annoer tersenyum. Dan mereka berjanji setia untuk senantiasa di
jalan Allah. Sejak itu mereka senantiasa selalu bersama dan ikatan cinta
diantara mereka sangatlah kuat.
Usai shalat Zuhur, sebelum jamaah bubar, Annoer segera maju ke depan, mengambil microfone dan memberi kultum di masjid kampus. Ia memulainya
dengan basmalah dan membacakan firman Allah SWT QS. Saba :
46-50. Dengan semangat yang membara, kata-kata yang lugas dan tegas, lidah yang
lancar, ia berkata kepada para pemuda yang merindukan
lahirnya kejayaan, kepada umat yang tengah kebingungan di persimpangan jalan.
Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya, yang telah menggoreskan catatan
membanggakan di lembar sejarah umat manusia. Kepada setiap muslim yang yakin
akan masa depan dirinya sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan di
kampung akhirat.
Para jamaah yang semula
hendak bubar, demi mendengar seruan Annoer yang menggetarkan jiwa itu, spontan
segera menoleh ke arah Annoer dan mereka kembali duduk di tempatnya dikarenakan
gaya bicara Annoer yang sangat menarik.
Annoer melanjutkan, “Wahai
pemuda!! Kalian tidak lebih lemah dari generasi sebelum kalian, yang dengan
perantaraan mereka Allah membuktikan kebenaran manhaj ini. Oleh karenanya,
janganlah merasa resah dan jangan merasa lemah. Kita akan menempa diri,
sehingga setiap kita menjadi seorang muslim
sejati. Kita akan membina rumah tangga-rumah tangga kaum muslimin menuju terbangunnya
rumah tangga yang Islami. Setelah itu, kita akan menempa
bangsa kita menjadi bangsa yang muslim, yang tertegak di dalamnya kehidupan
masyarakat yang Islami. Kita akan meniti langkah-langkah
yang sudah pasti, dari awal hingga akhir perjalanan. Kita akan mencapai sasaran
yang digariskan Allah bagi kita, bukan yang kita paksakan untuk diri kita.
Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang
kafir tidak menyukainya”, seru Annoer. “Kita pun akan mengetahui bahwa sesungguhnya memisahkan
agama dari politik itu bukan dari ajaran Islam. Pemisahan itu tidak pernah
dikenal oleh kaum muslimin yang jujur dalam beragama dan paham akan ruh
ajarannya. Sesungguhnya agama ini adalah agama, ibadah, dan tanah air...”
Andre memperhatikan para jamaah. Dan ada beberapa jamaah
yang terlihat sangat antusias dengan seruan Annoer. Andre mendekati seorang pemuda. Setelah mengucapkan salam, mereka
berkenalan. Saya Andre, pemuda itu membalas senyum Andre dan berkata, saya
Zaid. Zaid nama yang bagus sekali seperti sahabat yang menjadi sekretaris nabi.
“Iya, engkau benar” jawab Zaid. “Bagaimana menurutmu tentang orang di depan itu ??’ tanya Andre. Em... bagus sekali dan saya tertarik untuk
menuliskannya di koran saya, jawab Zaid. Andre mengerutkan keningnya. Anda
jurnalis ?? Ya,,, saya jurnalis di
koran kampus. Sesaat Andre baru sadar, bahwa Zaid mengenggam pena dan membawa sebuah
catatan kecil di tangannya. Setelah mengobrol panjang lebar, Andre berkata. Emm,,, kalau begitu bagaimana kalau engkau mengaji
bersama-samaku. Mengaji... ?? Ya, kita akan mengaji dan mengkaji lebih dalam
lagi apa yang dikatakan mahasiswa itu. Ya... Tentu,,, jawab Zaid setelah berpikir beberapa saat.
******************************
Kala itu penyambutan mahasiswa baru dengan ospek, pakaian
mereka putih dan hitam. Dengan kepala memakai topi laksana para sarjana dan
atribut lainnya, ratusan mahasiswa baru telah berkumpul di lapangan. Suasana
sangat ramai. Para aktivis dari SENAT, BEM dan Himpunan berjaket almamater
telah bersiap-siap. Dan para aktivis LDK tengah
mempersiapkan tempat shalat untuk shalat Zuhur.
Di bawah panas terik matahari, ratusan Mahasiswa Baru
duduk di lapangan dan mendengarkan instruksi dari para senior, tak jarang
kata-kata kotor keluar dari mulut mereka. Annoer jengah mendengarnya. Sudah mahasiswa tapi intelektualitasnya justru minus, pikirnya.
Semua mahasiswa baru dikumpulkan di lapangan kampus.
Siapa yang tidak bawa atribut lengkap, cepat maju ke depan dalam hitungan tiga !! Kalau tidak, terima sendiri akibatnya !! seru sang senior berjaket almamater hijau. Ia mulai menghitung. Beberapa junior maju ke depan. Annoer berjaket almamater dan memandangi para mahasiswa baru
untuk berjaga-jaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tiba-tiba matanya
tertuju pada seorang mahasiswi baru, berjilbab putih. Ia seperti
mengingat-ingat sesuatu... Itu,,, seperti,,, seperti,,, Mala !! Mala sudah berjilbab ??
Annoer terdiam dan pikirannya melayang dengan kejadian setahun
lalu.
******************************
Saat itu... ketika ia masih kelas 3 SMU...
“Saya tidak bisa meneruskan
hubungan kita Mala, kita akhiri sampai di sini saja,,,” ujar Annoer pada
seorang adik kelas yang tak lain adalah kekasihnya. Tapi,,, kenapa ??
Bukankah selama ini hubungan kita baik-baik saja kak,
jawab Mala dengan memandang lekat-lekat wajah laki-laki yang sangat
dicintainya itu. Air mata Mala sudah tak terbendung lagi.
Maafkan saya Mala. tetapi saya
bukanlah Annoer yang dulu lagi. Saya sudah memikirkan ini masak-masak,
saya ingin berubah. Mala dan Annoer duduk berdua di pinggir lapangan basket yang jauh dari Pondoknya. Mereka saling terdiam beberapa saat dan memandangi lapangan basket yang sudah mulai sepi. Langit berwarna merah. Rambut
lurus Annoer tertiup angin yang sepoi-sepoi. Azan maghrib sebentar
lagi berkumandang.
Apa yang membuat kakak berubah ?? Padahal dua hari lalu, kak Annoer katakan bahwa kita akan selalu bersama, apakah engkau
sudah melupakan kata-kata kakak sendiri... Suara Mala terdengar parau.
Sesungguhnya jauh di lubuk hati Annoer, sangatlah berat melepas Mala. Tapi,,, ada yang jauh lebih ia cintai dari wanita yang berambut
sebahu itu. Mengatakan perpisahan inipun sangat sulit baginya. Tapi,,, tapi,,, ia harus bisa
karena ada yang lebih ia harapkan dari Mala, yaitu ampunan
dan rahmat Allah. Ia tak dapat memungkiri bahwa hatinya gelisah luar biasa bila
berdekatan dengan Mala, seakan dosa yang terus menggunung
tinggi.
Azan Maghrib berkumandang...
Annoer tersigap, ia bangkit dari duduknya dan berkata, Sudah azan,
saya mau shalat. Shalat yuk Mala,,, ajak Annoer. Kakak saja yang shalat, Mala nanti aja, jawab Mala enggan. Annoer dan Mala saling
berpandangan, lama sekali, seakan banyak isi hati yang terucapkan
lewat tatapan mata mereka. Hati Annoer bergemuruh. Iqomat berkumandang dari masjid. Annoer menundukkan pandangannya, dan berkata,,, saya
shalat. Ia membawa tas ranselnya dan menuju masjid. Mala
tertunduk dan air mata mengalir di pipinya yang kemerah-merahan.
Usai shalat Maghrib, Annoer termenung sesaat. Hatinya sedih luar biasa, ia tahu, pasti Mala saat ini sedang menangis. Apakah ia harus menemui Mala lagi dan menenangkannya, seperti yang selama ini ia
lakukan. “Aku di sini untukmu”. Kata-kata itulah yang sering ia ucapkan bila Mala bersedih. Tetapi kini,,,
apakah ia harus menemuinya dan mengatakannya lagi... Ah,,,
tidak,,, aku sudah bertekad, aku harus berubah !!
Harus !! Ya Allah.., istiqomahkanlah aku di jalan-Mu. Annoer memanjatkan doa dengan hati bersungguh-sungguh. Tak
terasa ia menitikan air mata. Ikatan yang sudah terjalin sejak mereka SMP,
harus pupus di tengah jalan. Biarlah.... Biarlah,,, kita menangis saat ini Mala,
daripada kita menangis di akhirat nanti. Annoer lebih
memilih jalan untuk menjauhi apa yang namanya pacaran. Dan ia berkomitmen untuk
selalu berada di jalan para Nabi ini.
Assalaamu’alaikum, Annoer. Nanti tempat wudhunya gimana ??
tanya teman LDKnya, Andre. Kehadiran Andre membuyarkan lamunan Annoer, Oh,,, eh,,, Wa’alaikumsalam, itu sudah disiapkan, jadi nanti yang
mahasiswanya wudhu di dekat gedung SC, jawab Annoer mantap. Andre mengangguk dan meninggalkan Annoer usai mendapat jawaban itu. Annoer beristighfar dan segera kembali mempersiapkan atribut shalat, seperti
spanduknya dan lain-lain. Annoer bergumam, intanshurullah yan
shurkum wa yutsabbit aqdamakum.
Annoer duduk di masjid usai shalat Zuhur. Ia dan teman-temannya
bersiap-siap menyambut mahasiswa baru. Ia memandangi orang-orang yang shalat.
Dan dari kejauhan ia melihat seorang mahasiswa baru yang tengah duduk. Annoer menghampirinya dan mengucapkan salam. Mahasiswa baru
berambut pendek itu menjawab salam sambil tersenyum ramah. Sudah shalat ?? tanya Annoer padanya. Sudah kak. lagi nunggu temen, dia belum selesai, jawabnya sedikit
malu-malu. Annoer
lalu berkenalan lebih jauh dengan mahasiswa
yang ternyata benama Andi itu. Annoer berkata, nanti kapan-kapan kamu main ke Kantor LDK di SC ya. Ke SC ?? Ngapain kak,
tanya Andi heran. Ya maen aja, belum penah ke SC
?? Annoer kembali
mengajak. Dan kali ini Andi mengiyakan dan berjanji akan mengunjungi Kantor LDK di SC. Andi berpamitan setelah temannya usai shalat. Mereka
berlari menuju kelas.
******************************
Annoer melakukan gebrakan-gebrakan da’wah.
Dan ia memprioritaskan da’wah di atas segalanya. Totalitas perjuangan ia persembahkan untuk
meninggikan kalimatullah. Annoer, Andre dan Zaid bekerjasama untuk
berda’wah kepada para mahasiswa baru, pun kepada teman-teman
mereka sendiri.
Annoer mencarikan ustadz agar mereka dapat mengkaji Islam
bersama. Ini akan menjadi menthoring pertama dalam organisasi ini. Sejak itu,
mereka bertiga mengadakan pertemuan mingguan bersama seorang ustadz.
Saat kuliah, Annoer, Andre dan Zaid
ada di kelas yang bersebelahan. Mereka dapat dengan mudah berkoordinasi bila
ada teman-teman Da’wah Fardiyah. Semuanya mereka
rencanakan dengan baik. Hingga akhirnya terekrutlah beberapa orang mahasiswa
dan mahasiswi, untuk semakin mengokohkan barisan da’wah.
Annoer memasuki perpustakaan masjid dan melihat banyak sekali
buku-buku Islami yang tak terawat. Buku-buku adalah sumber
ilmu, ujar
Annoer ketika mengajak Andre untuk mendata
buku-buku tersebut.
Jumlah buku Islami itu ada sekitar 500
buku. Mereka berdua mencatat nama buku, pengarangnya, dan penerbitnya. Lalu
membuat nomor-nomor buku, kemudian menempelkannya di setiap buku. Selama
sebulan lebih Annoer dan Andre melakukan itu. Annoer bersyukur karena ada Andre yang bersedia membantunya. Kapan nih
selesai bukunya, kok gak selesai-selesai, ujar seorang anggota
rohis saat memasuki kantor LDK di SC. Ia hanya membaca
beberapa buku, dan kemudian meletakkannya. Makanya, bantuin dong, biar cepet
selesai, ujar Andre sedikit kesal.
Karena Andre tahu, Annoer yang
paling banyak berperan dalam mengurusi buku-buku itu, dan ia tidak rela bila
orang hanya bicara saja tanpa membantu. Annoer hanya terdiam mendengar itu. Berapa banyak orang yang
sanggup bicara, tetapi sedikit yang mengerjakannya. Dan berapa banyak orang
yang mau mengerjakannya, tetapi sedikit yang mau serius dan berkorban untuk
melakukannya.
Setelah satu bulan, pendataan buku-buku itu pun selesai. Annoer dan Andre meletakkannya di perpustakaan masjid. Mereka
segera membuat kartu perpustakaan, sehingga para mahasiswa dapat meminjamnya
dan dapat beredarlah fikrah mereka.
Kantor LDK itu dikunjungi oleh mahasiswa dan mahasiswi. Di ruang baca akhwat, sangatlah ramai oleh canda tawa para mahasiswi,
sampai-sampai suara mereka terdengar di ruang baca ikhwan.
Andre kerap kali mengetuk jendela akhwat, agar tidak terlalu berisik. Bila
sudah demikian, para akhwat dan mahasiswi yang ada di dalam hanya tersenyum
tertahan. Andre hanya geleng-geleng kepala.
Dan di ruang baca ikhwan pun
tak jauh berbeda. Bahkan mereka bermain bola di dalamnya.
Andre hanya geleng-geleng kepala lagi. Tetapi Annoer memang tidak mencegah hal itu dan membiarkannya karena
anggota yang baru bergabung tidak bisa dipaksa langsung berubah total.
Di dalam kantor yang berukuran lumayan besar itu, diadakan jadwal kultum harian. Setiap orang mendapat
giliran. Laras membuat jadwal di akhwat, dan Andre membuat jadwal di ikhwan. Tilawah
dan kajian, juga menjad agenda mingguan.
Kala maghrib menjelang, ketika tak ada seorangpun di
lingkungan SC. Annoer masuk ke kantornya. Dan ia membereskan kantor yang berantakan. Hampir setiap hari ia melakukan itu, karena
pengkondisian kantor bagi Annoer sangat penting.
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Bagaimana mungkin hidayah Allah akan
turun bila tempat ini berantakan,,, gumam Annoer. Untuk saat ini, ia belum bisa meminta teman-temannya untuk melakukan
tugas ini, karena banyak yang menolak. Dan Annoer memaklumi hal ini. Ia menyapu lantai, merapihkan buku-buku, membuang
sampah-sampah, dan memasang mading ataupun menempel tausiah-tausiah di mading.
Suatu hari Mala menyatakan
dirinya bergabung dengan LDK. Namun Mala
yang sekarang, bukanlah Mala yang dulu, karena kini ia telah
berjilbab rapi dan ia sudah membuang jauh-jauh kenangannya bersama Annoer. Ya Allah, aku ada di sini karena Engkau. Semoga Engkau
luruskan niat-niat kami di jalan-Mu, doa Mala di setiap
shalat malamnya.
“Aduh, gimana yah, temen ane
ada yang mau keluar dari Islam” kata Anita, teman
sekelas Mala, suatu hari. Hah ?!? yang bener
?? seru Mala. Iya, tapi Mala jangan bilang siapa-siapa ya,,,
rahasia,,, ujar Anita. Mala hanya mengangguk-angguk
dan dalam benaknya “pakai jilbab, mau murtad ??” tubuh Mala seakan limbung
mendengar itu.
Namun Mala tak dapat
menyembunyikan keterkejutannya. Ia menceritakan hal itu kepada orang yang ia
percaya, yang notabene pasti tak mengenal Anita. Hal ini terdengar di telinga Annoer, ketua LDK, bahwa ada kristenisasi
di kampus.
Saat rapat LDK, Annoer berkata. Kita mendapat
laporan dari atas, bahwa di kampus kita terjadi kristenisasi. Mala tertunduk dalam mendengarnya. Sebaiknya hal seperti ini
tidak disembunyikan, karena bila sampai terjadi pemurtadan, dapat mencoreng
wajah da’wah kita di kampus ini, tambah Annoer dengan tegas. Annoer masih menunggu ikhwah yang
sebenarnya mengetahui hal ini. Mala pun akhirnya
angkat bicara. Ya,,, sebaiknya kita mencari kristolog
untuk membantu akhwat ini, karena kabarnya, dia mendapat ancaman juga dari
kekasihnya yang kristen, akh. Hm.., Annoer akhirnya tahu siapa orangnya. Ya, sebaiknya begitu,,, jawab Annoer.
Para ikhwah mempersiapkan agenda bersama agar mahasiswi
tersebut tidak murtad. Lima akhwat, diantaranya Mala
dan Laras, melakukan aksi detektif. Mereka ingin mengetahui dahulu wajah sang
mahasiswi yang berkudung gaul tersebut. Kejar-kejaran dari belakang.
Bersembunyi kala ia menoleh. Sesekali para akhwat tersenyum bersama.
Annoer terus memantau perkembangannya dari hari ke hari. Dan
dari Anita, Mala mengetahui bahwa mahasiswi tersebut membatalkan niatnya
untuk berpindah agama dari bujukan pemuda Kristen tersebut, karena agama adalah
yang paling utama. Allahu Akbar !! Misi detektif
akhwat selesai.
Di ruang kelas, para mahasiswa tengah menunggu datangnya
dosen Pengantar Ilmu Hukum (PIH). Annoer segera masuk ruang kelas dan duduk di baris kedua. Ia membuka buku PIH dan melihat-lihat lembaran buku biru
tersebut. Ia tak memperhatikan bahwa sedari tadi ada mahasiswi yang mengamati
dirinya. Annoer menoleh ke arah kanannya dan melihat mahasiswi manis,
bercelana jeans, baju kaos dan berambut lurus tengah menatapnya. Annoer segera melemparkan senyumnya. Mahasiswi itu membalas senyumnya. “kamu anak LDK ya ??” tanya mahasiswi itu. Iya, saya Annoer, jawab Annoer memperkenalkan diri. Riska,
katanya balas memperkenalkan diri. Saya dari dulu pengen ikut rohis nih, tapi
bisa gak ya ?? ujar Riska...
O,,, tentu aja bisa. Kamu maen aja ke kantor LDK di SC, jawab Annoer. Tiba-tiba
dosen masuk dan menghentikan obrolan Annoer dan Riska.
Kuliah berlangsung selama 1,5 jam.
Usai kuliah, Annoer mengajak Riska
untuk berkunjung ke kantor LDK. Annoer memperkenalkan Riska kepada beberapa akhwat LDK. Di dalam kantor, Riska
melihat-lihat sekelilingnya yang isinya begitu banyak buku-buku
Islam. Sejak kapan kamu pakai jilbab ?? tanya Riska pada Mala. Emm,,, kelas 3 SMU Mbak.
Wah, baru pakai ya ?? Iya... Dulu
dapat halangan gak dari orangtua ??
tanya Riska lagi. Iya, dulu mintanya susah sekali. Tapi dengan berusaha,
akhirnya orang tua mengizinkan, jawab Mala. Riska
mengangguk-anggukkan kepala. Mereka kemudian membicarakan banyak hal, mulai
dari keluarga sampai seputar wanita. Riska mengakui bahwa wawasan Islam Mala sangat baik.
Zaid,,, semenjak bergabung dengan LDK,
ia menggunakan kemampuan menulisnya untuk meninggikan kalimatullah. Tulisannya
menghiasi media cetak kampus. Ia mampu menciptakan tulisan-tulisan yang
universal, yang dapat diterima oleh kalangan dosen maupun mahasiswa, sehingga
Al-Haq dapat tersampaikan, dan ia kerap kali meliput kegiatan-kegiatan LDK dan memasukkannya ke koran kampus. Dengan ini, perlahan
tapi pasti, terciptalah opini publik yang Islami lingkungan kampus tersebut.
Tidak hanya itu, kemampuannya itu ia teruskan kepada
teman-teman dan junior-juniornya. Misinya dalam jangka panjang adalah membentuk
pers kampus. Annoer
pun turut mensupport keberadaan pers Islam
ini. Hingga terbentuklah satu divisi baru, yaitu Divisi Jurnalis, yang bertugas
memberitakan kegiatan-kegiatan LDK dan
menggalang opini publik.
******************************
Letaknya ada di belakang masjid kampus itu.
Para aktivis ini tengah mempersiapkan acara sebagai follow up dari penyambutan
mahasiswa baru. Mereka melakukan rapat. Hanya ada 8 orang, yaitu Zaid, Annoer, Andre, Andi, Riska, Laras, Mala
dan Riska. Tak jarang mereka harus pulang malam untuk melakukan rapat-rapat.
Bahkan kuliah bagi mereka adalah nomor dua. Yang utama adalah da’wah. Namun meskipun demikian, mereka semua tetap
berprestasi dalam kuliahnya, dengan IPK minimal 3. Karena mereka memiliki
motto, Ikhwah sejati harus berIPK minimal 3 !!.
Annoer selalu menjadi motor setiap event-event keislaman di
kampus. Ia senantiasa memotivasi teman-temannya untuk tetap istiqomah di jalan
ini dan di dalam sebuah organisasi. Perjalanan mereka bukannya tanpa masalah,
tetapi Annoer dan teman-temannya berusaha memiimalisirnya, karena
ukhuwah yang utama.
Annoer memandang langit malam yang dihiasi bintang-bintang.
Langit terang oleh cahaya bulan purnama, lama sekali ia menatap langit,
terbayang di matanya. akhlak para mahasiswa di kampusnya yang merosot. Semua
itu berkelebat dahsyat di pikirannya.
******************************
Annoer terbangun dari tidurnya. Ia termenung sejenak.
Dilihatnya, pukul 02.00 dini hari. Ia mengambil air wudhu dan shalat malam.
Dalam shalat malamnya, ia membaca surat Al Anfal, lama sekali. Roy yang
kamarnya ada di sebelah Annoer, tengah sibuk membuat program
web site. Di depan internetnya ia mengupload sesuatu dari situs. Jari-jarinya
bergerak cepat, sesekali ia membuka situs porno, dan terkekeh sendiri. Rokok di
tangan kirinya dan ada majalah porno pula di tangan kanannya. Roy keluar dari
kamarnya saat mendengar suara orang menangis terisak-isak, dia keluar dengan
kaos oblong dan rambut yang berdiri dan acak-acakan.
Ia melihat ke dalam kamar yang pintunya terbuka sedikit. Annoer sedang shalat. Kepala Roy tertunduk, dan ia masuk kembali
ke kamarnya. Di dalam kamarnya, ia memandangi majalah pornonya, dan dilemparnya
majalah itu ke lantai. Ditutupnya semua situs yang ia buka
sedari tadi, ia mengambil sesuatu yang sudah berdebu, Al Qur’an... Dan
terbayang senyum manis Annoer saat ia sering mengajaknya untuk
shalat ke masjid dan biasanya Roy menolaknya mentah-mentah, tetapi Annoer senantiasa bersabar mengajaknya. Dibersihkannya Al
Qur'an itu dari debu dengan tangannya. Dibukanya pada surat mana saja. Dan yang
terbuka olehnya adalah Surat Ar-Rahman “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ??” Roy membacanya,,,
indah sekali ayat ini.
Annoer bangun di subuh hari, dan
bersiap-siap untuk shalat subuh di masjid. Annoer terkejut ketika Roy mengikutinya dari belakang, dengan malu-malu, Roy
berkata, kenapa ?? Aku mau ke masjid juga, tidak boleh ??
Eh,,, boleh,,, tentu saja boleh,,, Annoer cepat-cepat membuang keterkejutannya
itu dan mereka melangkah bersama menuju masjid di dekat kostan mereka.
Usai shalat, Annoer membuka buku
kecil berwarna hijau. Itu apa ?? Aku liat kamu sering bawa buku
itu, tanya Roy. Ini,,ini namanya Al-Ma’tsurat, zikirnya
Rasulullah SAW yang dibaca setiap pagi dan
petang, jelas Annoer. Gitu yah ?? Boleh gak aku baca, tanya Roy lagi. Boleh,,, kita baca bareng-bareng aja ya. Nih,,,
ujar Annoer menyerahkan buku itu. Loh,,,
terus kamu baca pake apa ?? Insya Allah saya
sudah hafal, kata Annoer. Oooo... Roy mengangguk-angguk. Mereka membacanya bersama-sama
hingga matahari menampakkan cahayanya.
Di dalam kamarnya, Roy memandangi ruangannya yang
berantakan seperti kapal pecah. Ia terdiam sesaat dan dengan segera
membersihkan dan membereskan kamarnya, sapu, lap, pel, ada di tangannya. Ia
mencopot semua poster-poster band kesayangannya dan buku-buku porno ia
kumpulkan. Seketika, kamarnya bersih dan mengkilat hingga ke kaca-kaca jendela.
Ia keluar dari kamar dan diluar ia menyalakan api, dilemparnya semua buku porno
itu ke dalam api. Roy tersenyum penuh kemenangan.
Roy menyisir rapi rambutnya yang lurus dan dibelah
tengah. Ia melepas anting yang setia ada di telinga kananya.
Ia merapikan jenggotnya dan memakai wangi-wangian.
Penampilannya menjadi lebih rapi.
******************************
Andre yang notabene adalah Ketua Departemen Syi’ar, menjadi ketua pula dalam acara
seminar yang akan digelar. Acara ini tergolong besar, karena akan melibatkan
dosen dan mahasiswa. Target pencapaian adalah 500 peserta. Itu berarti peserta
akan memenuhi ruang auditorium di kampus tersebut.
Zaid,,, yang ahli dalam membuat tulisan, membuat sebuah
artikel yang sangat bagus akan pentingnya seminar ini. Ia memasukkannya dalam
koran kampus yang memang independen, sehingga ia tak mendapatkan halangan yang
berarti.
Roy pun memanfaatkan keahliannya dalam dunia maya dengan
menjaring massa melalui dunia cyber. Ia menggunakan email, situs, Yahoo
Messenger, Friendster, Facebook, Twiter, dll untuk
menyebarkan berita ini, dan tulisan-tulisan Zaid ia muat dalam setiap pesannya
dalam internet.
Annoer yang memiliki karisma dalam dirinya, mengajak para dosen
untuk berpartisipasi dalam acara seminar ini. Ia menggunakan cara-cara yang
ahsan dan menawan hati. Mala, Laras dan Riska menjalankan amanahnya
mengajak para muslimah untuk hadir dalam seminar. Mereka kerap
mempublikasikannya dalam kajian keputrian yang setiap minggunya dihadiri oleh
tak kurang dari 50 muslimah, di setiap Jum’at.
Dalam mempersiapkan kegiatan ini, tak jarang, Andre dan
teman-temannya harus pulang malam untuk mengadakan rapat-rapat. Dan di siang
hari, mereka aktif mencari sponsor demi terselenggaranya kegiatan. Lelah,,,
inilah yang dirasakan Andre dan jajaran kepanitiaanya.
Hari H pun akhirnya datang. Andre melakukan briefing kepada
panitia, saat pagi hari, tiket telah terjual habis, bahkan masih ada yang ingin
memesan tiket dan diperkirakan ruangan akan melebihi kapasitas. Semoga Allah
selalu meluruskan niat-niat kita saat menapaki jalannya dan hadir di sini
semata-mata karena Allah, ujar Andre untuk memotivasi panitia. Seluruh seksi
melaporkan tugasnya, cek dan ricek.
Penjaga tamu di depan ruangan seminar telah bersiap-siap. Semua
anggota LDK memakai jaket organisasi LDK. Mereka
bak tentara-tentara Allah yang bersiap-siap di posnya masing-masing. Acara ini
mendapat sambutan yang sangat baik dari para dosen, tak terkecuali mahasiswa. Para mahasiswa berbondong-bondong tertarik
untuk mengikuti program menthoring yang diselenggarakan oleh LDK.
Annoer dan Andre telah menyiapkan 20 menthor. Menthoring diadakan
untuk mendidik seorang muslim agar akidahnya bersih, akhlaknya solid, ibadahnya
benar, pikirannya intelek, tubuhnya kuat, mampu memanfaatkan waktu, dan
bermanfaat bagi orang lain. Dari
seminar itu, paling tidak, terbentuklah 20 kelompok menthoring, yang
masing-masing kelompok ada 8 orang. Itu berarti ada 160 orang yang terekrut
melalui seminar tersebut.
Karena kesolidan Departemen Pengembangan Sumber Daya Muslim
(DPSDM) dan Departemen Syi’ar, maka proses rekruitmen dan pembinaan
berjalan lancar. Annoer, Roy, Zaid dan Andre hanya bisa
mengucap hamdalah akan kemenangan ini.
******************************
Mala tengah sibuk mendata barang-barang di kantor LDK. Pintu kantor terbuka dan Mala melihat rok panjang berwarna hitam. Ia mendongak ke atas
dan terlihatlah wajah Riska yang sedang tersenyum malu-malu dengan jilbab
putihnya. Untuk sesaat Mala terperangah, dan kemudian
cepat-cepat tersadar dan memberikan selamat kepadanya. Mala
memeluk Riska erat sekali. Alhamdulillah, ujarnya.
Semenjak itu, bagaikan kartu domino. Mahasiswi yang
lainpun berjilbab. Selama sebulan, sudah ada 20 orang yang berjilbab. Bahkan
sampai muncul istilah ditengah-tengah mereka bahwa ada “Taubat
Massal”.
Suasana ruang baca akhwat kian
ramai dihiasi canda tawa para akhwat. Tak jarang mereka melakukan aksi smack
down antar mereka, dan Andre senantiasa mengetuk jendela
akhwat agar tidak terlalu berisik. Hi,,, hi,,, hi,,, para akhwat bukannya diam, tetapi semakin ramai. Andre
hanya geleng-geleng kepala dan Annoer tersenyum
melihat sikap Andre.
LDK mengadakan dauroh (pelatihan) yang merupakan alur
terakhir dari organisasi tersebut. Annoer, Andre, Zaid
dan Roy melakukan survei di daerah pegunungan. Mereka berempat memakai ikat kepala putih dan membawa
ransel besar. Persiapan untuk naik gunung.
Mereka telah mempersiapkan dauroh ini selama satu bulan
lebih. Waktu, tenaga, pikiran dan juga uang, mereka korbankan demi
terselenggaranya kegiatan dauroh tersebut. Jalur-jalur yang akan dilalui
peserta, mereka beri tanda. Namun tak terasa, malam telah menjelang. Dan
sesuatu yang aneh terjadi, mereka tak bisa menemukan jalan pulang. Padahal
seharusnya jalan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Mereka kembali menyusuri
jalan. Hawa dingin dan malam yang pekat, hanya berbekal dua senter.
Pukul 00.00. Mereka kemudian
sadar bahwa sedari tadi hanya berputar-putar di satu tempat. Annoer berkata, sepertinya ini sudah bukan dunia manusia lagi,
sebaiknya kita membaca ayat kursi, Andre, Roy dan Zaid mengiyakan. Dan
sepanjang perjalanan, mereka membaca ayat kursi. Dengan doa, zikir dan tawakal,
mereka akhirnya dapat turun gunung dengan selamat.
Dauroh ini diikuti oleh 160 orang peserta. Mukhayyam (berkemah) selama 3 hari 2 malam. Tenda-tenda dibangun sendiri oleh
peserta. Ikhwan dan akhwat berlomba mendirikan tenda masing-masing. Dauroh ini
diisi dengan out bond, ceramah dan aneka games. Mendaki gunung dan yel-yel
kelompok yang semakin menyemarakkan suasana.
Usai kegiatan, mereka semua berfoto bersama dengan
pakaian penuh lumpur. Wajah puluhan ikhwan terlihat sangat gembira, dengan ikat
kepala putih dan slayer biru. Para ikhwan berfoto sendiri dan berbaris rapi,
dan puluhan akhwat pun berfoto sendiri di tempat lainnya. Jilbab-jilbab
mereka yang rapi, berkibar tertiup angin gunung. Mereka semua terlihat sangat
kompak. Andre mengabadikan event itu dengan kameranya.
******************************
Annoer bercerita pada Andre bahwa ia akan menggenapkan setengah
diennya
(menikah) dan Insya Allah dalam waktu dekat.
Andre turut bahagia mendengar penuturan saudaranya itu. Namun Annoer sendiri belum tahu siapa orangnya, karena ia percaya
sepenuhnya kepada pilihan ustadznya. Mendengar itu, Andre percaya bahwa Allah
akan memberi yang terbaik untuk Annoer.
Seminggu kemudian Annoer mendapat sebuah
amplop dari ustadznya. Dengan hati berdebar, namun tetap tenang, ia membuka
biodata sang akhwat. Annoer termangu membaca nama calonnya
itu. Mala
Puspita Sari (Mala). Ya Rabby... Sungguh tak akan lari gunung di kejar, gumam Annoer. Di tempat lain... Mala juga menerima
amplop dari murabbiyahnya dengan perasaan tenang. Ketika ia membuka dan membaca
nama calonnya. Noor Fikry (Annoer)... Mala setengah berbisik menyebut nama itu. Ya Rabby...
Proses ta’aruf (perkenalan) Annoer dan Mala berlangsung
singkat. Annoer datang meminang ke rumah Mala.
Pernikahan berlangsung sederhana dan menggunakan hijab yang berupa tanaman-tanaman.
Puluhan aktivis LDK datang pada acara yang sangat
bersejarah dalam kehidupan manusia itu. Lagu-lagu nasyid diputar saat itu.
******************************
Selesai dari sholat zuhur
berjama’ah di masjid kampus, Annoer, Andre dan Zaid. Mereka berbarengan keluar
dari mesjid untuk pergi ke kantor LDK. Namun di tengah perjalanan ke kantor LDK
yang letaknya di seberang jalan dari masjid kampus. Annoer seketika melihat
nenek yang sedari tadi tak kunjung menyeberang jalan. Ia berniat hendak
menolong nenek itu menyeberang jalan. Namun belum genap Annoer melangkah 5
meter. Tiba-tiba sebuah benturan keras menghantam tubuhnya. Tubuhnya terlempar,
darah mengalir deras dari kepalanya, teman-teman
segera membawanya ke rumah sakit. Annoer... annoer... Panggil Andre dengan wajah sangat cemas. Annoer melihat wajah Andre, semula jelas, namun pandangannya
kabur dan semuanya menjadi gelap.
Sudah satu bulan Annoer ada di rumah
sakit. Banyak aktivis yang menjenguknya, dan pada minggu ke enam, Annoer sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Namun sejak kecelakaan maut itu, Annoer tak bisa lagi berjalan seperti
biasa, karena pukulan keras di kepalanya dari hantaman mobil, membuatnya sering pusing, pun di
perutnya meninggalkan luka yang membekas dan terkadang sangat sakit ia rasakan.
Namun meskipun demikian, Annoer masih mengontrol jalannya
aktivitas da’wah di kampus melalui HPnya. Terkadang para ikhwah
bertanya tentang apa yang harus mereka lakukan dalam da’wah.
Ataupun sekedar bersms untuk bertanya tentang Islam. Dan hal itu sudah menjadi
kebiasaan bagi Andre.
Suatu hari, ada rapat mendesak yang membutuhkan kehadiran
Annoer. Walau sang isteri sudah berusaha mencegahnya, namun Annoer tetap bersikeras, dan kala itu ia dijemput Andre, dan
mereka bersama-sama menuju tempat syuro. Syuro itu berlangsung satu hari penuh.
Pukul 02.00 Annoer tiba di depan rumah. Ternyata sang isteri tercinta telah
menantinya. Annoer duduk di kursi tamu, melepas kepenatan. Mala berjongkok di hadapan Annoer dan membukakan kaos kakinya. Wah... Bunda,,, baik sekali, ujar Annoer dengan nada lembut sembari ia mencium kening istrinya dan langsung memeluknya. Mala terdiam, dan hanya menyunggingkan
senyum. Entah mengapa, hari ini perasaan Mala tidak
enak, ia ingin selalu berada di dekat suaminya. “Air panasnya sudah siap Ayah”, Mala mengambilkan handuk, Annoer terduduk di kursi sambil memegang agenda syuro, dan ia
pun segera membersihkan diri malam itu.
Saat subuh menjelang. Suhu badan Annoer sangat tinggi, ia menggigau. Mala
panik, tetapi ia tetap berusaha berfikir jernih. Ia segera menghubungi kakak kandungnya yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Mereka
lantas bersama-sama membawa Annoer pergi ke rumah
sakit.
Semua ikhwah menjenguknya. Sudah seminggu Annoer ada di rumah sakit. Mala
senantiasa membacakan Al-Qur'an di samping Annoer. Sakitnya kian memburuk.
Suatu malam di Rumah Sakit... Annoer memanggil Mala, dan memberi
isyarat agar Mala
mendekat. Mala
segera mendekatkan telinganya di dekat wajah Annoer. Ia berpesan “Sayank,,, jaga
diri baik-baik, dirikan shalat, jaga anak kita nanti, didik ia menjadi mujahid
di jalan Allah”. Mala yang kandungannya telah berusia
delapan bulan, sudah tak terbendung lagi air matanya. Ia menangis terisak-isak.
Demi mendengar isakan tangis Mala, Andre terbangun dari
tidurnya dan mendekati Annoer. Beberapa ikhwan yang tengah
menunggu di luar kamar pasien, juga terbangun. Annoer menghadapi sakaratul maut. Mala dan Andre
membimbing Annoer agar mengucapkan “Laa illaha ilallah”. Lidah Annoer yang setiap
harinya memang tak lepas dari zikir, dapat dengan lancar mengucapkannya. “Innalilahi wa inna ilaihi raji'un”
Andre mengucapkannya dengan nada tertahan, ketika tubuh Annoer sudah lemas dan terbujur kaku. Semua ikhwan yang menyaksikan hal
itu, terdiam. Kepala mereka tertunduk.
Sepeninggal Annoer, semua yang
dirintisnya membuahkan hasil. Demi mendengar kisah kegigihannya dalam
menegakkan Islam, telah membangkitkan militansi puluhan aktivis lainnya. Dan
dari puluhan aktivis ini, lahirlah mujahid-mujahid baru. Regenerasi terus
berlanjut. Mewariskan nilai-nilai keislaman yang telah Annoer tanamkan di dalam diri teman-temannya. Pun bagi Andre, Annoer adalah sosok teladan yang selau memberi motivasi kepada
dirinya. intanshurullah yan shurkum wa yutsabbit aqdamakum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar